Cari Blog Ini

Laman

Senin, 17 Oktober 2011

aqidah


I.       Pengertian Aqidah
Seiring luasnya ruang lingkup pembahasan ilmu ini, maka aqidah banyak memiliki banyak sinonim, diantaranya;
a.      Ilmu Ushuluddin (ilmu pokok-pokok agama), karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan.
b.      Ilmu Tauhid (ilmu mengesakan), karena ilmu ini mengajak orang agar meyakini dan mempercayai hanya pada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
c.       Ilmu ‘Aqoid (ilmu ikatan / buhulan kepercayaan), karena dengan ilmu ini, seseorang diharapkan meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya kepada Allah semata.
d.     Ilmu Kalam (ilmu pembicaraan), karena ilmu ini berisi tentang pembicaraan-pembicaraan seputar pengetahuan akan Tuhan secara baik dan benar.
e.      Ilmu ketuhanan (ilmu tentang Tuhan), karena ilmu ini membicarakan tentang kepercayaan kepada Allah dengan segala sifat-Nya.
Adapun aqidah secara bahasa, sebagaimana digambarkan Kitab Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba, bahwa aqidah adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. Dalam konteks perundang-undangan, aqidah berarti menyepakati antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama, seperti akad nikah, akad jual beli, akad kredit, dll
Dalam kaidah keislamaman, aqidah adalah sebuah proses keyakinan yang akan melahirkan bentuk pola hubungan antara seorang hamba dan khaliqnya dengan pengabdian diri semata hanya kepada Allah. Artinya, aqidah tersebut meliputi; ‘keyakinan’ dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah, ‘ucapan lisan’ dengan dua kalimah syahadat, dan manifestasi ‘perbuatan’ dengan amal shaleh. 
Jika aqidah dikorelasikan dengan Tauhid, maka definisi diatas dapat dikembangkan menjadi;
a.      Menurut Muhammad Abduh
Aqidah adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada pada-Nya, sifat-sifat yang mesti tidak ada pada-Nya, serta sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya, dan membicarakan juga tentang Rasul-rasul-Nya, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada padanya, sifat-sifat yang mesti tidak ada padanya serta sifat-sifat yang mungkin ada pada-Nya.
b.      Menurut A. Hanafi
Aqidah ialah ilmu yang berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan – kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil fikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.
c.       Husain bin Muhammad al-Jassar
Aqidah ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan.





II.    Ruang Lingkup Aqidah
·         Hal-hal yang berkaitan dengan keimanan, seperti iman, kufur, musyrik, murtad
·         Hal-hal yang berkaitan dengan akhirat berupa kenikmatan dan penderitaan, pahala dan dosa
·         Hal-hal yang menjadikan tebal atau tipisnya iman seseorang
·         Hal-hal yang berkaitan dengan Kalamullah; yakni Al Quran.
·         Hal-hal yang berkaitan dengan status orang yang tidak beriman, dll.
III.       Objek Bahasan Aqidah
Objek bahasan Aqidah dapat dibagi menjadi tiga masalah pokok;
  1. Tentang Ilah (Tuhan)
  2. Tentang Nubuwwah (kenabian)
  3. Tentang Sam’iyyat (sesuatu yang diperoleh lewat pendengaran dari sumber yang meyakinkan, yakni al-Quran dan Hadits, seperti tentang alam kubur, azab kubur, hari kebangkitan, alam akhirat, lauhul mahfudz, arsy, dll).
IV. Metode Studi Aqidah
Ada dua metode atau cara pembahasan yang digunakan dalam studi aqidah, yakni;
  1. Menggunakan dalil naqli (dalil salinan), yaitu dalil yang diambil atau disalin dari tulisan yang telah ada terlebih dahulu (Al Quran dan Hadits).
  2. Menggunakan dalil ‘aqli (dalil fikiran), yaitu dalil yang diambil dari pertimbangan akal manusia yang sangat objektif.
V.    Sistematika Studi Aqidah
Adapun sistematika yang digunakan dalam hal ini sebagai berikut;
·         Dalil yang pertama (naqly) digunakan sebagai pelita, obor, penerang atau pedoman.
·         Adapun dalil yang kedua (‘aqly) digunakan sebagai mata kepala yang hendak menimbang jalan yang telah ditunjukkan oleh pelita atau obor tadi, dan ia menjadi pedoman.
Jika kita berjalan tanpa arah dan tujuan, dan tidak memiliki pedoman, tentu akan mudah ‘tersesat’, atau mungkin menjadi bingung dalam mencari jalan yang masih belum tentu. Oleh sebab itu, dalil naqly diletakkan di muka, kemudian diikuti dalil aqly yang menimbang-nimbang dengan adil dan tenang.
Jika bertentangan;
Jika terasa oleh akal, bahwa dua dalil tersebut kurang bertepatan, maka kita harus meninjau kembali kepada dua hal;
1.      Sampai dimana kekuatan dan kesempurnaan petunjuk akal manusia?
2.      Sampai dimana pula kekuatan faham kita kepada dalil naqly itu? Tidakkah kita salah memahaminya?
VI. Dasar-dasar Aqidah Islam.
1.      Al Quran
2.      Hadits.
3.      Ijtihad
4.      Manhaj Tarjih.








VII.    Tujuan dan manfaat mempelajari mata kuliah Aqidah
1.      Agar manusia memahami dan menghayati agamanya secara mendalam.
2.      Memperjelas prinsip-prinsip pokok (ushul) dan prinsip-prinsip cabang (furu’) sebuah agama dengan jelas.
3.      Mempertegas perbedaan dua prinsip diatas secara signifikan, metode, serta dalih-dalih yang menguatkannya secara rasio.
4.      Agar manusia dapat mempertahankan kebenaran aqidahnya secara benar.
5.      Menjelaskan manusia segala bentuk penafsiran atas sumber-sumber asli dari teks-teks terhadap situasi / permasalahan lampau dan kekinian.

BAB II
struktur dan metodologi aqidah

I. Filosofi Iman, Islam dan Ihsan
A.    FILOSOFI ISLAM
·         Islam sebagai agama yang paling diridhoi di sisi Allah
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمْ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (آل عمران19)
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ (لقمان22)
·         Islam dibangun atas dasar Rukun Islam yang lima;
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
·         Syahadat, Pertama; pernyataan Allah yang berhak disembah, Ilah al Haq, (Allah), dan penyembahan terhadap selain-Nya adalah kebatilan. Dibutuhkan keikhlasan ibadah kepada Allah semata yang teraplikasi dalam dua hal.
a.      Manifestasi kalimat Laa ilaha illah dalam setiap keyakinan.
b.      Kekafiran bagi yang meyakini selain kalimat tauhid diatas.        
Kedua; pernyataan terhadap Nabi Muhammad sebagai utusan Allah dengan taat kepada apa yang diperintahkan, yakin atas apa yang diberitakan, menjauhi akan apa yang dilarangnya.



·         Shalat, sebagai tiang agama.
a.      Bentuk aplikasi ketaatan dengan sujud dan ruku
b.      Dibutuhkan hati, fikiran, jiwa, badan, tempat yang suci.
c.       Dilaksanakan dengan berjamaah.
·         Zakat, sebagai pensuci harta dan jiwa.
·         Puasa sebagai bentuk menahan diri dari segala hal.
·         Haji aplikasi kesetaraan sosial didepan Allah.

B.     FILOSOFI IMAN
·         Iman kepada Allah, faedahnya;
1.      Membuahkan rasa kecintaan kepada Allah untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
2.      Menumbuhkan dalam dirinya kebesaran dan keagungan Allah.
3.      Menumbuhkan jiwa tawadhu’ atas limpahan rahmat dan nikmatNya.
4.      Memberikan keyakinan bahwa tidak ada kebahagiaan tanpa amal shaleh.
5.      Memberikan kekuatan yang mendidik manusia untuk sabar, tawakkal, ikhlas, tabah, dll.
·         Iman kepada Malaikat,
عِبَادٌ مُكْرَمُونَ .  لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ . يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنْ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ (الأنبياء26-28)
Faedah;
1.      Menjauhkan manusia dari sifat syirik, karena manusia meyakini Malaikat sebagai pesuruh Allah.
2.      Mengajarkan manusia bahwa malaikat sebagai makhluk yang sangat ma’shum, yang tidak bermaksiat dan selalu melaksanakan perintah.
·         Iman kepada Rasul
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمْ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ (الحديد25)
Faedah;
1.      Agar manusia mengetahui bahwa kitab-kitab Allah terdahulu telah hilang dan mengalami penyimpangan dan penyelewengan manusia.
2.      Menegaskan bahwa kitab-kitab Allah yang ada sekarang tidak dapat diyakini sejarahnya, bahkan asal-usulnya juga tidak jelas.
3.      Menjelaskan manusia bahwa bahasa kitab – kitab terdahulu telah hilang dan punah, tidak ada umat yang mampu merekamnya kembali.
4.      Menjelaskan bahwa kitab-kitab terdahulu hanya diperuntukkan kaum-kaum terdahulu sesuai zamannya.
·         Iman kepada Rasul
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنْ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ (النحل36)
Faedah;
1.      Agar manusia mengetahui bahwa para Rasul adalah utusan Allah yang membawa berita gembira dan peringatan untuk kaumnya.
2.      Agar manusia dapat mencermati kisah-kisah para Rasul untuk bekal kehidupan dan pelajaran di bumi ini.
3.      Memberikan suri tauladan bagi umat manusia bahwa semua Rasul membawa ajaran tauhid untuk umatnya.




·         Iman kepada hari akhir, faedahnya
1.      Memberikan sugesti manusia, bahwa segala sesuatu yang ada dibumi ini pasti akan mati. (mengingatkan kematian)
2.      Menegaskan manusia akan adanya ganjaran dari pahala dan dosa berupa surga dan neraka.
3.      Memberikan pelajaran manusia akan gambaran kebenaran dan kebatilan yang tidak lepas dari hitungan Allah.
4.      Memberikan hikmah bagi kehidupan manusia bahwa manusia pasti akan kembali kepada Tuhannya.
5.      Menegaskan bahwa hari akhir pasti datang, dan tidak ada yang mengetahui kecuali Allah.
·         Iman kepada Qodho dan Qadar, faedah
1.      Menjelaskan manusia, bahwa Allah maha kuasa atas segalanya.
2.      Menjelaskan bahwa segala sebab dan musabbab datangnya dari Allah.
3.      Mengajarkan manusia untuk yakin, sadar dan insaf, bahwa segala bentuk taqdir apapun datangnya dari Allah.
4.      mengajarkan manusia untuk bersikap tawakkal atas apapun yang terjadi.
C.    FILOSOFI IHSAN
·         Mengajarkan manusia bagaimana bisa menghadirkan hatinya dalam seluruh aspek ubudiyahnya.
·         Mempertegas keyakinan manusia dalam setiap ubudiyahnya, bahwa Allah sangat dekat dan selalu melihat hambanya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
[البخاري ومسلم]

Theologi, AngeLology, Holy Scripture, Prophecy dan Eschatology
F Theology adalah ilmu yang berbicara tentang ketuhanan.
F Angelology ialah doktrin agama atau teologi yang berbicara tentang malaikat.
F Holy Scriptures ialah berbagai bentuk dari kitab suci yang diyakini sebuah agama.
F Prophecy ialah sebuah penomena agama, dimana Allah mengirim wahyunya kepada manusia – manusia terpilih atau para Nabi.
F Eschatology ialah ilmu yang membicarakan tentang diskursus akan hari penghabisan, hari akhir, atau kehidupan setelah mati.


iii. Ragam Metodologi Studi Aqidah

Secara garis besar Pendekatan teologis normatif adalah upaya memahami aqidah dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa keyakinannya terhadap suatu agama adalah yang dianggap paling benar.
Hal ini menandakan bahwa:
F Dalam beragama, manusia tidak bisa jika tidak mengacu pada teologi tertentu, begitu juga sebaliknya, dalam berteologi, manusia juga tidak bisa jika tidak mengacu pada agama tertentu.
F Upaya diatas mengacu pada loyalitas terhadap golongan, kelompok tertentu, komitmen dan dedikasi dengan bahasa khusus sebagai ciri dasar dari pemikiran teologis itu sendiri.
Sayyed Hussein Nasr memberikan empat protipe dari teologi era kontemporer, yakni fundamentalis, modernis, misianis dan traditionalis. Secara tidak langsung, protipe pemikiran teologi ini mengantarkan pada empat jenis pendekatan dalam studi aqidah;
a.      Fundamentalis yaitu upaya memahami sebuah agama dengan bertolak pada nilai-nilai dasar dari sebuah agama itu sendiri (sumber-sumber aslinya).
b.      Modernis yaitu upaya memahami keyakinan sebuah agama melalui penafsiran atas sumber-sumber aslinya untuk dikaitkan dengan fenomena modern dan permasalahan kekinian.
c.       Misianis yaitu upaya memahami sebuah agama dengan menekankan pada sikap mengajak, membujuk orang lain untuk mengikuti keyakinan yang dianut.
d.     Traditionalis yaitu upaya memahami agama dengan berpijak pada tradisi-tradisi dasar.

SUBSTANSI AQIDAH

I. KONSEP – KONSEP DASAR AQIDAH

a.      Iman
F Yakni meyakini bahwa Allah dan Rasul-Nya benar-benar menyampaikan kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya. (nihayatul Iqdam fii ilmi-l-kalam)
F Yaitu ma’rifat tentang Allah dengan disertai sikap taat, patuh, tunduk dan berserah diri kepada-Nya. (Syarhu-at-Thahawiyyah fii al-‘aqidah as-Salafiyyah)

F     قوله تعالى: وَمَا أَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَادِقِينَ (يوسف17)


F     قال تعالى : { آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ } سورة البقرة آية 285
F     قوله تعالى:{ لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ } سورة البقرة آية 177
b.     Kufur
F Yakni sikap untuk tidak meyakini Allah dan Rasul-Nya (nihayatul Iqdam fii ilmi-l-kalam)
F Yaitu sikap untuk mengingkari, menyangkal, meniadakan dan menutupi (maqalaat al-Islamiyyin)
F     وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (النساء136)
F     قوله تعالى :{ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ } الْمَائِدَةِ : 44
c.       Tauhid
F Yaitu sikap menunggalkan / meng-Esakan Allah dalam segala bentuk tauhid-Nya, baik rububiyyah, uluhiyyah maupun Asma dan sifat-Nya. (At-Tauhid linnaasyiah wa-l-Mubtadi’iin)
F Yaitu sikap menunggalkan / meng-Esakan Allah yang patut disembah. (Kasyfu-s-syubhaat)
F  
F     قوله تعالى :اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (الرعد16)
F     قوله تعالى :وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا …. (هود6)
F     قوله تعالى :وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنْ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ (النحل36)
d.     Syirik
F Yakni menjadikan sesuatu sebagai sesembahan selain Allah dalam rububiyyah dan uluhiyyah-Nya. (Kitabu at-tauhid)
F     قال تعالى : { إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ } [ لقمان : 13 ]
F     قال تعالى : { إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ } [النساء : 48 ]
F     قال تعالى : { إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ } [ المائدة : 72 ] .
e.      Mukmin
F Yakni orang yang benar-benar yakin pada Allah dan Rasul.
F Yaitu orang yang benar-benar taat, patuh, tunduk dan berserah diri hanya kepada Allah.
F     قوله تعالى: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوهُ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (النور62)



F     إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمْ الصَّادِقُونَ (الحجرات15)
f.        Muttaqin
F Orang – orang yang takut apabila tidak melaksanakan perintah Allah dan takut bila melakukan larangan-Nya.
F     يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران102)
g.      Musyrik
F Orang – orang yang menjadikan sesuatu sebagai sesembahan selain Allah dalam rububiyyah dan uluhiyyah-Nya. (Kitabu at-tauhid)
F     اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنْ الْمُشْرِكِينَ (الأنعام106)
F     هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (التوبة33)
h.      Munafik
F Yaitu orang yang selalu berdusta bila berbicara, ingkar jika berjanji dan berkhianat tatkala dipercayai.
F     الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنْ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمْ الْفَاسِقُونَ (التوبة67)
F     عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
i.        Naqly
F Dalil-dalil yang berasal dari al Quran dan al Hadits
j.        Aqly
F Dalil-dalil yang berasal dari akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar