Cari Blog Ini

Laman

Senin, 17 Oktober 2011

analisa film "Sang Pencerah"


Banyak pesan dan himkah yang didapat dari film Sang Pencerah ini.. pesan pertama yang saya dapat(dan yg paling saya ingat) adalah “Harta yang paling berharga bagi seorang Pria adalah istri yang Sholihah”. Wah ini pesan yang dalam buat para pria.. pesan ini disampaikan pada saat Ahmad Dahlan sedang bersama Siti Walidah istrinya. Lalu ada pesan tentang agama.. Ahmad Dahlan menggambarkan “Agama ibarat sebuah alat musik, jika kita mengerti cara menggunakannya dengan baik, maka akan memberikan keindahan bagi sekelilingnya, namun jika kita tidak mengerti cara menggunakannya justru malah akan mengganggu sekeliling kita”. Dan masih buanyak lagi hikmah yang bisa diambil.
Selain berkisah tentang perjuangan Ahmad Dahlan yang begitu berat hingga langgar (musholla) dirobohkan dan Ahmad Dahlan disebut Kyai Kafir, di film ini juga banyak adegan-adegan lucu dan unik hingga membuat seluruh penonton dapat tertawa lepas terutama bagi yang orang jawa atau yang mengerti bahasa jawa.
Banyak hikmah terserak dalam setiap kejadian. Dalam tulisan ini, saya akan mengupas hikmah dari sebuah perjalanan hidup seorang tokoh yang difilmkan. Beliau adalah KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, dimana kisah hidup beliau dipaparkan dalam film yang berjudul “Sang Pencerah”. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari kisah hidup beliau, baik dari diri beliau pribadi maupun dari gerak hidup orang-orang sekitarnya yang hidup sezaman dengan beliau. Maksud tulisan ini bukanlah sebagai bentuk fanatisme terhadap beliau atau pihak tertentu, tetapi sebagai bahan renungan bahwa hikmah dapat diambil dari mana saja. Hikmah-hikmah tersebut antara lain:
1. Jahil (bodoh) dalam ilmu agama dapat menyeret kedalam kerusakan yang paling besar (kesyirikan)
Dapat dilihat pada zaman tersebut (zaman KH. Ahmad Dahlan) terjadi penyimpangan-penyimpangan ajaran Islam. Kerusakan yang paling parah adalah hancurnya nilai ketauhidan terhadap Allah Subhana Wa Ta’ala (kesyirikan). Fenomena-fenomena kesyirikan yang terjadi antara lain masyarakat masih banyak yang mengkultuskan pemimpin (kiyai dan sultan) sehingga segala ucapan mereka dituruti, memohon kepada selain Allah dengan memberikan sesajen kepada berhala-berhala (Jin, Patung-patung, makhluk hidup, pohon, dll) dengan bermaksud agar keinginannya dikabulkan oleh “sesuatu” selain Allah yang mereka sembah. Padahal hanya Allah satu-satunya lah yang berhak disembah. Allah berfirman:
Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu.” (Al-An’aam: 102)
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat ” (Al-Furqoon: 2)
Inilah perintah untuk mentauhidkan (mengesakan) Allah, baik dalam hal Rububiyyah (penciptaan [QS. Az-Zumar: 62], kekuasaan [QS. Fathir: 3], dan pengaturan [QS. Al-A’raf: 54]), Uluhiyyah (peribadatan), dan Asma’ wash shifat (sifat-sifat –Nya [Al-Baqarah: 255]).
Tauhid merupakan perkara terbesar yang Allah perintahkan, karena tauhid adalah pokok yang di atasnya didirikan bangunan agama ini secara keseluruhan. Dan inilah hakikat dakwah para Nabi dan Rasul (An-Nahl: 36). Apabila pokok ini hancur, maka hancurlah seluruh bangunan agama ini dan tiada bersisa. Lawan dari tauhid adalah syirik.
Syirik merupakan dosa yang paling besar, dan merupakan dosa yang tidak akan diampuni jika pelakunya tidak bertaubat (QS. An-Nisaa’: 48). Sebesar apapun amal perbuatan, tidak akan bisa menghapus dosa syirik (jika tidak bertaubat). Oleh karena itu, inilah sebesar-besarnya kerusakan. Dan pada masyarakat yang disebutkan di atas, kesyirikan ini muncul karena keyakinan bahwa ada sesuatu selain Allah yang dapat mengabulkan segala permintaan mereka. Padahal mereka beragama Islam. Hal ini disebabkan bodohnya pemahaman akan hakikat Islam. Kebodohan yang disebabkan miskinnya ilmu agama. Wallahu a’lam..
2. Jahil (bodoh) dalam ilmu agama menyeret ke dalam  tindakan sesuka hati
Selain menyeret ke dalam kerusakan terbesar (syirik), kebodohan dalam ilmu agama juga menyeret pemiliknya untuk berbuat sesuka hati dan menolak kebenaran. Dapat dilihat pada segmen dimana KH. Ahmad Dahlan mengoreksi  arah kiblat. Padahal beliau sudah membawakan hujjah yang sangat kuat, dengan dalil-dalil kuat dan bukti geografis. Tetapi banyak yang menolak, disebabkan merasa paling pintar (dalam agama) dan paling mengetahui. Padahal hakikatnya mereka dikuasai ego semata dan ketidaktahuan akan hal itu (mengenai arah kiblat). Mereka mengeluarkan hujjah-hujjah yang sangat lemah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, berisi penuh pendapat-pendapat sesuka hati mereka. parahnya, sampai muncul pendapat bahwa Allah ada di mana-mana sehingga tidak masalah menghadap ke arah manapun. Dan yang paling parah, pendapat yang mengatakan Allah menyatu dengan diri manusia (wihdatul wujud). Masya Allah, padahal sudah jelas Allah berfirman bahwa diri-Nya berbeda dengan makhluk (QS. Al-Ikhlas). Ilmu-Nya lah yang meliputi segala sesuatu (QS. At-Thalaq: 12) sehingga tiada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-Nya (QS. Al-An’aam: 59).
3. Jalan dakwah itu terjal dan penuh duri, tetapi kesabaran, keistiqomahan, dan konsistensi di dalamnya akan membuat Allah menurunkan pertolongan-Nya
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, Niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)
Ketika melihat beratnya perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam berdakwah, saya juga teringat kisah para Nabi dan Rasul yang penuh ujian dalam berdakwah. Masih ingatkah kalian, bahwa Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud ketika menyeru tauhid? Nabi Musa yang dikejar-kejar Fir’aun dan balatentaranya karena hal yang sama, dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang dicaci maki, dilempari batu, sampai hendak dibunuh lantaran menyuarakan kebenaran (Dienul Islam). Tapi Allah menurunkan pertolongan-Nya. Api yang hendak membakar Nabi Ibrahim menjadi dingin atas izin-Nya, lautan yang menghadang rombongan Nabi Musa terbelah agar mereka bisa melewatinya kemudian Fir’aun beserta balatentaranya ditenggelamkan, perlindungan Allah atas upaya pembunuhan Rasulullah, dan masih banyak lagi pertolongan Allah lainnya. Atas kesabaran dan keistiqomahan Rasulullah dalam berdakwah inilah Islam mencapai kejayaannya, tentunya atas izin dan kehendak-Nya.
KH. Ahmad Dahlan juga mengalami ujian bertubi-tubi. Mulai dari dibakar langgarnya, dicap kafir dan dikucilkan. Namun semangat dan keistiqomahan beliau membuat Allah mengizinkan Muhammadiyah berhasil menancapkan bendera dakwahnya di bumi Nusantara.
Berdakwah itu ibarat menanam padi. Perlu kesabaran untuk merawat, mengairi, memberi pupuk, dan melindungi dari gangguan hama. Dan hasil bisa dituai setelah proses yang melelahkan tersebut. Jika Allah mau, bisa saja Allah langsung memenangkan Islam tanpa dakwah yang dikerjakan manusia.  Allah tidak butuh pertolongan siapapun. Tapi Allah menunggu, Allah ingin melihat usaha dan kesabaran kita dalam berdakwah.
4. Akhlak yang baik
Sebaik-baik suri tauladan adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karena itu, akhlak yang terbaik adalah akhlak yang dicontohkan beliau. Hal ini tercermin dalam setiap sikap beliau. Tentang bagaimana sempurnanya akhlak beliau, bisa dilihat dalam Shirah Nabawiyah. Kali ini, saya ingin menyoroti bagaimana KH. Ahmad Dahlan dalam berdakwah. Dalam film tersebut, terlihat bahwa beliau berdakwah dengan tegas tetapi lemah lembut. Beliau menyikapi cercaan dan tanggapan kasar dari orang-orang dengan sabar. Beliau juga rajin bershadaqah kepada orang yang tidak mampu. Akhlak baik inilah yang membuat orang-orang yang tadinya mencerca dan mengucilkannya akhirnya menjadi pendukungnya. Dapat dilihat bahwa akhlak yang baik adalah salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan dakwah. Padahal beliau adalah manusia biasa, yang tidak ma’shum. Apalagi akhlak Rasulullah, yang tentunya sesempurnanya akhlak manusia. Maka, marilah kita mencontoh akhlak Rasulullah.
Bagaimanakah akhlak Rasul itu?
“Ketika Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al Qur’an.” (HR. Abu Dawud dan Muslim)
Akhlak baik dalam Al-Qur’an adalah:
a.       Ihsan (QS. Al-Baqarah: 83, dll)
b.      Menyampaikan amanat (QS. Al-Baqarah: 283; QS. Ali-‘Imran: 75; QS. An-Nisaa’: 2; dll)
c.       Etika terhadap Allah (QS.2: 32; QS.7: 143; QS.11: 45; dll)
d.      Istiqamah (teguh pendirian), lihat di QS.10: 89; QS. 11: 112; QS. 41: 6; dll
e.      Sabar (QS.3: 134; dll)
f.        Malu (QS.33: 53)
g.       Lemah lembut (QS.7: 199; dll)
h.      Pemaaf (QS.2: 109; QS.42: 40; dll)
i.         Mendamaikan perselisihan antar manusia (QS.2: 182; QS.2: 224; QS.4: 35; dll)
j.        Inabah (Taubat), lihat di QS. 11: 75; QS. 39: 54; QS.50: 33; dll
k.       Infaq (QS.2: 177; QS.2: 215; QS.4: 8; QS. 107: 3; dll)
l.         Mendahulukan kepentingan orang lain (QS.2: 177; QS.59: 9)
m.    Menyempurnakan takaran dan timbangan (QS.6: 152; QS.7: 85; QS. 55: 8; dll)
n.      Berbuat baik (terhadap sesama manusia, sesama makhluk, dan kepada orang tua), lihat QS.2: 189; QS.6: 151; dll
o.      Khusyuk (QS. 2: 238; dll)
p.      Tolong-menolong (QS.5: 2; QS.48: 29; dll)
q.      Berserah diri (kepada Allah), lihat QS.20: 72; QS.26: 50; QS.39: 38; QS.40: 44;
r.        Takwa (QS.5: 2; QS.22:30; dll)
s.       Tawadhu (rendah hati), lihat QS.7: 199; QS.15: 88; QS.26: 215; dll
t.        Tawakkal (QS. 3: 122; QS.10: 84; QS.58: 10; dll)
u.      Berpendirian (QS.2: 249; QS.4: 104; QS.47: 35; dll)
v.       Cinta karena Allah (QS.3: 31; QS.5: 54; QS.8: 63; dll)
w.     Dan lain-lain (zuhud, lapang dada, dsb)
5. Bergerak dalam jama’ah
Imam As-Syathibi memberi definisi tentang yang dimaksud jama’ah, yaitu:
1.       Orang-orang Islam yang berhimpun dalam satu urusan.
2.       Mayoritas orang-orang Islam
3.       Kumpulan ulama mujtahidin
4.       Jama’atul muslimin jika berhimpun di bawah komando seorang amir (pemimpin).
5.       Para sahabat yang diridhoi Allah dan tentu pada kondisi yang khusus.
Suatu jama’ah akan terbentuk bila ada musyawarah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menganugerahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam para shahabat yang setia.  Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bergerak bersama-sama para shahabat dalam berdakwah. Mereka saling-bahu membahu dalam menegakkan dien ini. Sehingga mereka saling mengokohkan. Begitu juga dengan perjuangan KH. Ahmad Dahlan, beliau bergerak bersama-sama dengan para santri dan sahabat-sahabatnya.  Bergerak berjama’ah itu penting. Dengan adanya jama’ah, akan terhimpun kekokohan. Begitu juga dengan dakwah berjama’ah, selain kokoh dalam menyokong kebenaran, beban akan lebih ringan jika ditanggung bersama-sama.  Jama’ah yang benar adalah yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang jalannya berada di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Berkata  Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu:
“Jama’ah adalah berada di atas kebenaran meskipun engkau hanya sendirian”
Kesimpulan
Terlepas dari kesalahan-kesalahan yang mungkin ada dari film “Sang Pencerah”, mari kita ambil hikmahnya. Yaitu:
1.       Pentingnya menuntut ilmu agama untuk menghindari kerusakan-kerusakan dalam kehidupan.
2.       Urgensi dakwah.
3.       Aspek-aspek Sunnatullah yang mendukung keberhasilan dakwah: ‘Ilmu, Tauladan (Akhlak) yang baik, Sabar; istiqomah; konsistensi, dan berjama’ah.
4.       Hidayah hanyalah milik Allah (QS. Al-Baqarah: 5), manusia hanya bisa berikhtiar dan berdo’a untuk mendapatkannya.
“Barangsiapa mengajak kepada hidayah (petunjuk), maka ia akan mendapatkan pahala senilai dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka (yang mengikuti itu) sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa senilai dengan dosa-dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka (yang mengikutinya) sedikit pun.” (HR. Muslim)
Semoga kita termasuk ke dalam hamba-hamba-Nya yang diberi petunjuk dan beroleh taufik untuk senantiasa berada di atas kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar