Cari Blog Ini

Laman

Senin, 17 Oktober 2011

AIK I

HIKMAH DAN FADHILAH SHALAT
1. Sebelum berjalan ke masjid, ketika seseorang berwudhu’ di rumahnya, bukan berwudhu’ di masjid, dia telah mendapatkan pahala atas wudhu’nya.
2. Ketika dia memakai pakaian dan wewangian dengan niat karena akan masuk masjid, maka dia akan mendapat pahala tersendiri. Karena Allah SWT telah memerintahkan agar seseorang berhias setiap masuk masjid.
3. Ketika seseorang berjalan ke masjid dengan melangkahkan kaki, maka tiap langkah kakinya itu mendapatkan kebaikan tersendiri yang mendatangkan pahala.
4. Ketika masuk masjid, seseorang akan mendapat pahala bila membaca doa masuk masjid.
5. Masih ketika masuk masjid, dia juga akan mendapatkan pahala ketika melangkah dengan kaki kanannya.
6. Begitu masuk masjid, seseorang akan mendapat kesempatan mendapatkan pahala dari shalat tahiyatul masjid.
7. Kemudian ketika seseorang duduk di masjid sambil menunggu datangnya waktu shalat, dia sudah terbilang melakukan i’tikaf bila dia meniatkannya. Menurut mazhab As-syafi’iyah, i’tikaf bisa dilakukan asalkan dengan niat dan berdiam di masjid, meski hanya sesaat saja.
8. Begitu adzan berkumandang, dia juga akan mendapatkan kesempatan mendapatkan pahala tersendiri dengan mendengarkan adzan dan menjawabnya. Apalagi bila dia sendiri yang melakukan adzan.
9. Setelah mendengar adzan, dia akan mendapatkan kesempatan mendapatkan kebaikan lagi ketika membaca doa setelah adzan.
10. Selesai doa adzan, dia akan mendapatkan lagi kesempatan mendapat pahala dengan shalat sunnah qabliyah.
11. Setelah iqamat didengungkan, lalu imam mengatur barisan, dia akan mendapatkan pahala lagi bila ikut memperhatikan imam dan mengatur barisannya agar lurus dan rapat.
12. Pada saat shalat jamaah dilaksanakan, dia akan mengikuti semua gerakan imam dengan baik. Kalau imam berdiri, maka dia berdiri, kalau imam rukuk, maka dia rukuk, kalau imam sujud maka dia ikut sujud. Semua tindakannya mengikuti imam itusudah mendatangkan pahala tersendiri.
13. Ketika imam sampai pada bacaan “waladhdhaallin”, maka dia menjawab, “amiin.” Jawaban itu mendatangkan pahala tersendiri.
14. Dia juga akan mendapatkan pahala tersendiri ketika mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, dibandingkan saat shalat sendirian di rumah, atau berjamaah di rumah. Karena salam itu doa untuk orang yang di kanan dan kirinya. Dan karena di masjid jumlah jamaahnya lebih banyak, maka doa yang akan diterimanya jauh lebih banyak.
15. Selesai shalat wajib, dia akan mendapatkan pahala lagi bila membaca beberapa lafadz dzikir atau doa.
16. Kemudian kesempatan berikutnya lagi adalah ketika dia melakukan shalat sunnah ba’diyah shalat.
17. Di dalam masjid, dia tentu akan bertemu dengan banyak jamaah shalat lainnya. Ketika bertemu dan memberi salam, dia akan mendapatkan pahala tersendiri.
18. Sambil memberi salam, apabila dia juga berjabat tangan, maka dia pun akan mendapatkan pahala tersendiri.
19. Senyumnya kepada sesama saudaranya adalah sedekah. Dan ini akan menambahlagi kesempatannya untuk mendapatkan pahala.
20. Ketika hendak berpisah dengan sesama jamaah di masjid, maka dia akan mendapat pahala bila mengucapkan salam atau membalas salam.
21. Dia juga akan mendapatkan pahala bila diikuti dengan berjabat tangan ketika akan berpisah dengan sesama muslim.
22. Ketika pulang dari masjid, dia membaca doa keluar masjid. Hal itu menambah lagi pahalanya.
23. Di masjid terbuka kesempatan untuk berinfaq, maka bila dia memanfaatkan kesempatan itu, dia akan mendapatkan pahala tersendiri dari berinfaq.
24. Di dalam masjid seringkali digelar khutbah atau majelis ilmu (kultum). Bila dia mendengarkan nasehat dan penyampaian ilmu dengan niat menjalankan perintah Allah SWT dan karena menuntut ilmu itu wajib hukumnya, maka dia akan mendapatkan kebaikan tersendiri.
25. Ketika keluar, dia melangkah dengan kaki kirinya. Satu lagi tambahan pahala akan didapatnya.
26. Ketika pulang, dia mengambil jalan lain yang tidak sama dengan jalan yang dilewati saat pergi ke masjid. Ini adalah sunnah Rasulullah SAW yang tentu mendatangkan pahala tersendiri.
27. Setiap langkah kaki saat pulang dari masjid, maka dia akan mendapatkan pahala lain tersendiri.

Hikmah Dan Rahasia Puasa
Kedatangan bulan ramadhan mungkin bagi muslim sangat mendatangkan anugerah karena setiap apa yang dihadapi dalam bulan ramdhan begitu indah. Puasa juga memiliki keutamaan-keutamaan yang apabila dirasakan begitu indah.
  1. Menguatkan Jiwa
Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang
membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu
yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini
manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi
karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu
itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt
sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung
mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan
kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya yang
artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS 45:23)
Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh
derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci
dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala do’anya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do’a mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang dizalimi. (HR. Tirmidzi)
2. Mendidik Kemauan
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala.
Puasa yang baik akan membuat seseorang terus
mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran. Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
3. Menyehatkan Badan
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa
pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan
dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
4. Mengenal Nilai Kenikmatan
Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak
terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak
terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh. Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasaakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih. (QS 14:7)
5. Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain
Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan
akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara
penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan
rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang
mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103)
Sambut dengan Gembira
Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat. Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun sebagai momentum untuk
mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga dan masyarakat
kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah Swt, sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan cara sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu
pertentangan dan perpecahan yang justeru menjauhkan kita
dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.

HIKMAH DAN FADHILAH HAJI
Haji adalah berkunjung ke Baitullah Al-Haram di Mekkah Al-Mukaramah untuk melakukkan thawaf, Sa’i, wukuf di Arafah dan melakukan amalan-amalan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Haji hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi setiap muslim baligh, berakal, merdeka dan yang mampu, baik laki-laki maupun perempuan.
Allah Ta’ala berfirman. “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. (Qs. Ali Imran (3): 97). Sabda Rasulullah SAW: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan Haji atas kalian, maka berhajilah”. (HR. Muslim)
Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, sebagai mana yang tercantum dalam hadist Rasulullah SAW: Islam didirikan atas perkara yang Lima.
  1. Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan/Rasul Allah.
  2. Mendirikan Shalat.
  3. Mengeluarkan zakat
  4. Puasa Ramadhan
  5. Haji ke Baitullah (bagi siapa yang mampu bepergian kepadanya) (HR. Bukhari dan Muslim).
Haji adalah ibadah yang memiliki hikmah dan rahasia, serta kedudukan penting dalam ajaran Islam. Haji memiliki faedah dan hikmah yang banyak. Antaranya haji itu sebagai alat penghapus dosa. Hal ini dikatakan oleh Rasulullah: “Barang siapa yang pergi haji dan dia tidak mengeluarkan kata-kata keji serta tidak melakukan perbuatan dosa, maka akan diampunkan dosa-dosanya seperti dia baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan at-Tirmizi daripada Abu Hurairah).
Selain itu, doa orang yang melaksanakan ibadah haji dapat mengampunkan dosa orang yang didoakannya. Artinya, haji itu menjadi alat untuk mengampunkan dosa dan mengampunkan dosa orang lain. Hal ini dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya: “Dosa orang yang menunaikan ibadah haji diampunkan Allah, dan Allah juga mengampunkan orang yang didoakan oleh orang yang menunaikan ibadah haji.” (HR. Tabrani dan Hakim).
Haji juga perhimpunan agung sesama Muslim dari berbagai penjuru dunia. Mereka melaksanakan ibadah yang sama menghadap ke arah kiblat yang sama. Keadaan seperti ini akan menimbulkan sikap perpaduan serta persaudaraan.
Jemaah haji pergi menuju Mekkah dengan hanya berbekal barang-barang terbatas. Di tanah air masing-masing mereka memiliki keluarga, rumah, kendaraan, kebun, ladang dan sebagainya. Tetapi, ketika pergi haji, semua itu mereka tinggalkan. Mereka pergi dengan hanya berbekal beberapa helai pakaian dan keperluan tertentu.
Ini gambaran kecil bahwa ketika meninggalkan alam ini, manusia juga tidak membawa apa-apa. Meninggalkan sanak saudara. Harta benda menjadi hak ahli waris yang ditinggalkan. Hanya iman dan amal yang menjadi bekal dalam menghadapi perjalanan panjang di akhirat. Pada masa ihram, jemaah haji hanya memakai dua helai kain putih sebagai penutup badan dan pelindung pada waktu panas dan dingin. Mereka dilarang memakai pakaian berjahit. Tidak melihat yang kaya atau miskin, jenderal atau koperal, mereka tetap memakai pakaian yang sama.
Antara hikmah yang tersimpan daripada ihram adalah persamaan. Pada mata Allah tidak ada perbedaan antara seorang hamba dengan hamba yang lain. Hanya takwa yang menjadi pemisah dan pembeda, seperti firman-Nya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah mereka yang paling bertakwa.” (Qs. Al-Hujuraat : 13).
Di samping itu, ihram menjadi gambaran bahwa pada saat meninggalkan alam fana ini, meskipun memiliki pakaian, bahkan harta yang banyak, yang dipakai hanya beberapa lapis kain kafan sebagai penutup badan ketika berada dalam kubur.
Selepas ihram, melaksanakan tawaf. Mereka berlari-lari kecil atau berjalan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Berlari mengelilingi Ka’bah antara ratusan ribu manusia bukanlah hal yang mudah. Pada saat itu, jemaah akan didorong, terhimpit dan terinjak, bahkan ada yang meninggal dunia karena tidak mampu menahan gelombang manusia.
Hanya sikap hati-hati dan sabar serta mengharap pertolongan daripada Allah yang dapat menyelamatkan jemaah daripada kejadian tidak diinginkan. Apa yang berlaku pada saat tawaf adalah gambaran kecil daripada keadaan yang akan ditempuh ketika berada di akhirat nanti. Pada saat itu, manusia tidak dapat bergantung kepada orang lain. Hanya amal dan pertolongan daripada Allah dan syafaat Rasulullah yang dapat membantu.
Puncak daripada pelaksanaan haji adalah wukuf di Arafah. Ulama bersepakat mengatakan bahwa wukuf di Arafah adalah rukun haji yang terpenting. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “Haji itu adalah Arafah.” (HR. Ahmad).
Di Arafah, manusia berhimpun di bawah terik panas matahari yang membakar kulit. Mereka masih memakai pakaian ihram yang sekadar menutup badan. Pada waktu itu, setiap orang akan merasakan bagaimana penderitaan yang pernah dialami oleh sahabat ketika berperang atau berdakwah diatas terik panas matahari.
Keadaan di Arafah ini juga sebenarnya gambaran kecil daripada suasana di Padang Mahsyar. Di mana manusia tidak dapat berlindung dan bernaung. Tidak ada tempat untuk meminta pertolongan. Hanya amal dan takwa serta naungan daripada Allah dan syafaat rasul-Nya yang akan menjadi pelindung.
Apabila semua rahasia dan hikmah ini disadari, maka apa pun yang dihadapi ketika berada di Tanah Suci akan dilalui dengan sabar, seraya memohon ampunan dan perlindungan dari Allah. Kita juga mengharapkan ihsan-Nya agar haji yang dilaksanakan menjadi haji mabrur. Sebagai tamu Allah, jemaah haji sewajarnya menyerahkan dirinya kepada Allah dengan ikhlas dan meninggalkan segala beban pemikiran yang mungkin merusak kekhusyuan dalam beribadah. Mereka berangkat menuju Tanah Suci seolah-olah sedang berjalan memenuhi panggilan Ilahi ketika meninggalkan alam fana ini. Datang dengan niat dan hati yang suci semata-mata mencari keridhaan Ilahi.
Perjalanan Haji bukanlah suatu perjalanan piknik untuk sebuah kepuasan duniawi, justru kepuasan duniawi terkorbankan dalam rangka mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi. Haji dalam Islam memiliki nilai plus, yaitu dengan terbitnya kepuasan jiwa dan perasaan semakin dekat dengan sang Pencipta. Perasaan dekat ini melebihi cintanya pada harta, tahta, keluarga dan saudara. Bahkan ketika seorang hamba menginjakkan kaki dari tempat tinggalnya menuju rumah Allah (Baitullah), ia sudah berniat untuk bebas dari belenggu yang mengikatnya, hatinya tunduk kepada Yang Maha Kuasa, sehingga ia merasa bahwa dunia dan isinya, luluh dan rapuh di hadapanNya. Dengan ungkapan “Labbaika Allahumma Labbaika (Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah)”, seorang hamba telah menancapkan bendera syukur atas karunia yang melimpah-ruah. Dan Maha Besar Allah atas seluruh karunia-Nya.
Kalau umat Islam menghadap kiblat (ka’bah) lima kali sehari dari jarak jauh, namun pada musim haji mereka dapat melihat Ka’bah dengan mata kepala secara langsung ketika sedang memasuki Al-Baitullah al-Haram dan bertawaf di sekelilingnya, tanpa terasa air mata telah bercucuran. Cucuran air mata saat itu, bukan tanda kesedihan atau kemurungan, seperti yang terjadi dalam hidup sehari-hari, ketika ditimpa musibah misalnya. Banyak orang tidak tahu, apa sebab dan rahasia di balik peristiwa ini. Peristiwa ini merupakan sebuah ungkapan wajar, saat seseorang meninggalkan keangkuhan dan kesombongan, yang selama ini menyelimuti kehidupannya. Keadaan semacam ini kian menumbuhkan perasaan tunduk seseorang kepada Sang Pencipta, dan kehadirannya di depan Ka’bah hanya untuk menyampai kan penyesalan atas perbuatan-perbuatan yang telah dikerjakan, dengan harapan kiranya Allah mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.
Perasaan dekat dengan Allah setiap saat, niscaya akan menjadikan tangis sebuah dinamo untuk melahirkan kebahagiaan dan kemerdekaan dari lumuran dosa. Dengan taubat yang tulus, seorang hamba enggan untuk kembali pada kejahatan. Lebih dari itu, tangis seorang hamba di depan Ka’bah merupakan barometer kuatnya iman yang mendorongnya untuk meninggalkan hal- hal yang dapat meracuni akidah dan akhlaknya.
Sesungguh nya menanggalkan rasa keangkuhan adalah kekuatan, seperti halnya memohon rahmat dan ampunan adalah kekuatan pula. Apabila dua kekuatan tersebut menyatu, keyakinan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan menjadi semakin kokoh.
Wukuf di Arafah, Refleksi Padang Makhsyar. Di bukit yang membentang luas ini, seorang hamba diantarkan untuk membayangkan dan merenungi peristiwa yang bakal terjadi pada hari kiamat , yaitu hari dikumpulkannya kembali makhluk Allah di “Padang Makhsyar”, yang merupakan terminal terakhir untuk menghitung amal baik dan buruk yang telah dikerjakan, selama di dunia. Di hadapan Allah seluruh manusia adalah sama, baik konglemerat maupun fakir miskin, semuanya akan menghadap kepada Yang Maha Esa, Allah Swt.
Jumrah Aqabah, Melawan Bisikan Setan. Haji merupakan salah satu proses pembentukan insan kamil, yang mampu melawan bisikan setan. Sebab dalam setiap gerak kehidupan, orang tak lepas dari godaan setan. Banyak contoh yang menjelaskan tentang betapa gigihnya godaan makhluk ini. Diantaranya adalah godaan terhadap manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa, dan juga terhadap Nabi Ibrahim saat menjalani perintah Allah, yang kemudian beliau berusaha menghardiknya dengan cara melempari makhluk jahat tersebut. Untuk itu, melempar jumrah yang dikenal dengan Jumrah Aqabah, juga merupakan salah satu protret perlawanan terhadap setan.
Selanjutnya, sambil melempar batu kecil di Aqabah, hendaknya disertai niat untuk selalu melawan bisikan setan yang sangat membahayakan. Karenanya, dengan Jumrah Aqabah, kita berharap agar umat Islam senantiasa mampu membaca rahasia-rahasia dibalik setiap peristiwa dalam kehidupan ini. Apakah tiap muslim sudah memiliki missi dalam aktivitas kesehariannya? missinya baik atau tidak ? dan missinya bermanfaat atau tidak ? Ini sebuah pelajaran yang harus diingat.
Antar sesama manusia, ketika melaksanakan haji banyak pelajaran yang mengarah pada pembentukan persamaan derajat. Apabila seseorang di tempat tinggal nya menjadi tokoh masyarakat, pedagang kaki lima dan lain-lain, namun di musim haji mereka sama. Persamaan yang semacam ini akan lebih menciptakan suasana harmonis dan dinamis.
Sesungguhnya Tuhan tidak akan melihat pada wajah seorang hamba, namun melihat kepada hatinya. Hati merupakan standar derajat manusia antara satu dan yang lain. Suasana haji menciptakan keakraban yang lebih dekat dan lebih membahana di relung hati yang paling dalam. Wallahu ‘alam

HIKMAH DAN FADHILAH ZAKAT
Zakat memiliki banyak keistimewaan, hikmah, dan manfaat, baik bagi muzaki, mustahiq, maupun bagi masyarakat secara luas. Ini merupakan rahmat dan karunia Allah bagi hamba-Nya yang taat atas perintah zakat ini. Konsekwensinya, apabila kita lalai menunaikan kewajiban zakat, akan terdapat kerusakan, sebagai kebalikan dari keuntungan menunaikan zakat, baik bagi tiap individu maupun kelompok dalam tatanan sistem keluarga, masyarakat, maupun negara. Berikut ini keistimewaan, hikmah, dan manfaat zakat:

A. Keistimewaan Zakat

1. Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah shalat, terletak di tengah-tengah antara lima rukun Islam yang lain, didahului dengan syahadah dan shalat, lalu diikuti dengan puasa dan menuaikan haji bagi mereka yang berkemampuan, sebagai rukun terakhir.

2. Apabila diteliti, kita mendapati bahwa zakat berbeda dari rukun-rukun Islam yang lain. Kesemua rukun Islam merupakan amalan ta
’abudiyah kepada Allah. Akan tetapi, kita lihat, zakat tidak hanya berhubungan dengan Allah (habluminallah), tetapi juga berhubungan dengan manusia (habluminannaas) secara langsung.

3. Zakat merupakan rukun istimewa yang Allah turunkan dan tetapkan sebagai rukun Islam yang menyentuh secara langsung tentang penghidupan atau ekonomi umat Islam. Inilah satu-satunya amalan ibadah yang Allah wajibkan dan tetapkan sebagai rukun Islam.

4. Zakat memiliki kontribusi dan peran besar dalam dakwah dan jihad yang mutlak membutuhkan harta. Urgensi keterkaitan antara dakwah dan harta, tercermin secara implisit di dalam Al-Qur`an, tatkala menyebutkan batas pengorbanan seorang muslim kepada Islam, umumnya kata "amwal" (harta) selalu diiringi dengan kata "anfus" (jiwa).

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, jiwa dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka....
” (QS At-Taubah[9]: 111).

Dari sini, tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa zakat merupakan sebuah kewajiban yang memiliki efek peran integral, meliputi pembinaan pribadi, keluarga, masyarakat, negara dan terwujudnya khilafah sebagai sasaran akhir dakwah Islam.


B. Hikmah Zakat

1.Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.

2. Menolong, membantu dan membina kaum dhu
’afa (orang yang lemah secara ekonomi) maupun mustahiq lainnya ke arah kehidupannya yang lebih baik dan lebih sejahtera

3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan oleh ummat Islam.

4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat makmur dan saling mencintai (marhammah) di atas prinsip ukhuwah Islamiyyah dan takaful ijtima'i.

5. Menyebarkan dan memasyarakatkan etika bisnis yang baik dan benar.

6. Menghilangkan kebencian, iri, dan dengki dari orang-orang sekitarnya kepada yang hidup berkecukupan, apalagi kaya raya serta hidup dalam kemewahan. Sementara, mereka tidak memiliki apa-apa, sedang tidak ada uluran tangan dari orang kaya kepadanya.

7. Dapat menyucikan diri dari dosa, memurnikan jiwa (tazkiyatun nafs), menumbuhkan akhlak mulia, murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan, dan mengikis sifat bakhil atau kikir serta serakah. Dengan begitu, suasana ketenangan batin karena terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, akan selalu melingkupi hati.

8. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

9. Zakat adalah ibadah mâliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah SWT dan merupakan perwujudan solidaritas sosial, rasa kemanusiaan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat dan bangsa, sebagai pengikat batin antara golongan kaya dengan golongan miskin dan sebagai penimbun jurang yang menjadi pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

10. Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, di mana hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang aman, tenteram lahir batin.

11. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip: umatan wahidah (umat yang bersatu), musâwah (umat yang memiliki persamaan derajat dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan takâful ijtima
’i (sama-sama bertanggung jawab).


C. Keutamaan Zakat di dalam Al-Qur`an

Di tengah-tengah berbagai krisis ekonomi dan sosial yang sedang melanda suatu bangsa. Apabila kita melihat secara lebih seksama dan sungguh-sungguh beberapa jalan keluar yang dikemukakan ajaran Islam, yang kita yakini kebenarannya dan ketepatannya, sebagaimana firman Allah SWT, di antaranya: "Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
” (QS Al-Baqarah [2]: 147)

"Sesungguhnya Al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
” (QS Al-Israa' [17]: 9)

Di antara kebenaran yang diajarkan Al-Qur`an, salah satunya adalah zakat. Apabila zakat dilaksanakan dengan penanganan dan penataan yang baik dan benar, akan diperoleh hasil yang signifikan.

Di dalam Al-Qur`an menyatakan bahwa kesediaan berzakat di pandang sebagai indikator utama kedudukan seseorang dalam Islam Islam (QS. At-Taubah [9]: 5, 11), juga sebagai ciri orang yang mendapatkan kebahagiaan (QS Al-Mu'minuun [23]:1-4), dan, akan mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah SWT (QS At-Taubah [9]: 71), sebagai orang yang memperhatikan hak fakir miskin dan para mustahiq (QS At-Taubah [9]: 60), dipandang sebagai orang yang membersihkan, menyuburkan, dan mengembangkan hartanya serta menyucikan jiwanya (QS At-Taubah [9]: 103), ciri utama orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2]: 2--3), ciri mukmin yang mengharapkan balasan yang abadi dari Allah SWT (QS Faathir [35]: 29), dan masih banyak lagi keutamaan orang-orang yang menafkahkan rezekinya di jalan Allah, yaitu sebagaimana terdapat di dalam ayat-ayat berikut: QS Al-Baqarah [2]: 110, 177, 215, 245, 261, 265, 274, 276, 277, QS Ali-'Imran[3]: 92, 133-134, QS An-Nisa[4]: 38, 77, 162, QS Al-Maaidah[5]: 12, 55, QS Al-An'âm[6]: 141, QS Al-A'râf [7]: 156, QS Al-Anfal[8]: 2-3, QS At-Taubah[9]: 18, 58, 75, 79, 99, 104, 111, QS Ar-Ra
’d[13]: 22, QS Ibrahim[14]: 31, QS Al-Isra`[17]: 26, QS Maryam[19]: 31, 55, QS Al-Anbiyaa'[21]: 73, QS Al-Hajj[22]: 34--35, 41, 78, QS An-Nuur[24]: 36--37, 56, QS Al-Furqaan[25]: 67, QS An-Naml[27]: 1-3, QS Ar-Ruum[30]: 39, QS Luqman[31]: 1--4, QS As-Sajdah[32]: 15--16, QS Al-Ahzâb[33]: 33, dan lain-lain.


D. Keutamaan dan Manfaat Sedekah

Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, zakat juga bisa bermakna sedekah. Di sini akan disebutkan beberapa keutamaan sedekah, yaitu di antaranya sebagai berikut:

1. Mendapat Naungan Allah pada Hari Kiamat 
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, ..., Seseorang yang mengeluarkan sedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seorang yang mengingat Allah di tempat yang sunyi dan kedua matanya mencucurkan air mata.
” (HR Bukhari dan Muslim)  

2. Sedekah Dapat Menghilangkan Kesulitan
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang berusaha melepaskan atau melapangkan suatu kesusahan pada seorang mukmin, maka Allah akan melapangkan baginya dari suatu kesusahan di akhirat. Dan barangsiapa berusaha untuk meringankan kesukaran orang miskin, maka Allah akan meringankan kesusahannya di dunia maupun di akhirat. Dan barangsiapa yang berusaha menutupi kejelekan orang Islam, maka Allah akan menutupi kejelekannya di dunia maupun di akhirat. Allah akan selalu membantu hamba-Nya selagi hamba-Nya menolong saudaranya.
”   

3. Sedekah Sebagai Obat 
Rasulullah saw bersabda, "Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat. Dan obatilah penyakitmu dengan sedekah. Dan hadapilah cobaan yang datang bertubi-tubi, dengan doa dan merendahkan diri kepada Allah.
” (HR Abu Daud)   

4. Sedekah Sebagai Pelindung dari Api Neraka 
Diriwayatkan dari Adi bin Hatim ra bahwa ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw bersabda,
‘Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun dengan menafkahkan sebuah kurma.” (HR Bukhari dan Muslim)  

5. Sedekah Dapat Memadamkan Murka Allah dan Menjauhkan  Seseorang dari Su
’ul Khatimah
Maksud dari su
’ul khatimah adalah kematian yang jelek, yaitu kondisi kematian yang tidak disukai manusia. ath-Thibi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kematian jelek adalah su’ul khatimah dan penderitaan yang akan dialami seseorang di akhirat karena pada saat itu ia akan mendapat siksaan dari allah.   

6. Sedekah Dapat Mempererat Persaudaraan
Islam adalah agama kasih sayang, menyerukan kepada umatnya untuk berbuat saling mengasihi, toleransi dan menganjurkan untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain. Yang kaya menyantuni yang miskin, yang kuat melindungi yang lemah, yang sehat menjenguk yang sakit serta mendoakannya, anak kecil menghormati yang tua, yang tua bersikap sopan terhadap yang kecil. Insya allah kalau orang Islam menjalankan hal tersebut, persaudaraan antarmereka pun akan semakin kuat.   

7. Sedekah Dapat Menambah Umur Seseorang
Diriwayatkan dari Amr bin Auf berkata, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya sedekah seorang muslim dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang su
’ul khatimah, Allah akan menghilangkan sifat sombong, kefakiran dan sifat berbangga diri darinya.” (HR Thabrani)   

8. Sedekah Sebagai Amal yang Mengalir Sampai Wafat
Ada sebuah hadits yang mengatakan, "Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.
” (HR At-Tirmidzi)   

9. Sedekah Membuat Harta Berkah dan Bertambah
Sesuai firman Allah dalam surat Saba` dalam ayat 39, "Katakanlah,
Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakinya di antara hamba-hambanya dan menyempitkan rezeki bagi (siapa yang dikehendakinya). Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi Rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba` [34]:39)   

10. Sedekah Dapat Menghapuskan Dosa Besar
Mu
’adz bin Jabal ra berkata, "Saya dalam perjalanan bersama Rasulullah saw, lalu ia menyebutkan hadits Rasulullah saw. Sampai beliau menyebutkan hadits kepadaku, maksudnya bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Maukah kamu saya tunjukkan pintu-pintu kebajikan?’ Saya menjawab, ‘Iya, wahai Rasul.’ Beliau melanjutkan, ‘Puasa sebagai perisai, dan sedekah dapat melebur kesalahan sebagaimana air memadamkan api.’” (HR Tirmidzi)   

11. Sedekah Dapat Menghilangkan Siksa Kubur
Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya sedekah dapat memadamkan panasnya kubur bagi orang yang memberikan sedekah, dan sesungguhnya orang mukmin akan bernaung pada hari kiamat nanti di bawah naungan sedekahnya.
” (HR Tabrani)   

12. Sedekah Dapat Menolak Bencana
Bagaimana memahami pernyataan bahwa sedekah itu bisa menolak dan menghindarkan diri dari bencana? Bencana adalah peristiwa yang tidak diinginkan kedatangannya karena menimbulkan kerusakan. Bencana terbagi menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana kemanusiaan. Bencana alam ini datang dari allah semata karena merupakan sunnatullah. Bencana yang seperti ini tidak dapat ditolak dan tidak dapat dibendung dengan doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar